Minggu, 04 Januari 2015

Tulisan Pengantar Bisnis 6 "Usaha Budidaya Mutiara"


USAHA BUDIDAYA MUTIARA
BAB I
PENDAHULUAN
Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya peminat perhiasan mutiara dan harganya yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Potensi mutiara dari Indonesia yang diperdagangkan di pasar dunia sangat berpotensi untuk ditingkatkan. Saat ini Indonesia baru memberikan porsi 26 persen dari kebutuhan di pasar dunia, dan angka ini masih dapat untuk ditingkatkan sampai 50 persen. Sumber daya kelautan Indonesia masih memungkinkan untuk dikembangkan, baik dilihat dari ketersediaan areal budidaya, tenaga kerja yang dibutuhkan, maupun kebutuhan akan peralatan pendukung budidaya mutiara.
Usaha untuk memperoleh mutiara saat ini mengalami perkembangan, semula diperoleh dari hasil penyelaman di laut, sekarang sudah dilakukan dalam bentuk budidaya. Hal ini dikarenakan penyediaan kerang mutiara dari hasil tangkapan di laut bebas terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang terus meningkat. Selain itu harganya pun dari waktu ke waktu semakin meningkat karena besarnya permintaan mutiara, baik dari domestik maupun dari manca negara. Mutiara menjadi barang mewah dan lebih disukai daripada emas, terutama di Jepang. Untuk mengatasi hal itu, usaha menghasilkan mutiara pada saat ini sudah dilakukan secara terintegrasi oleh perusahaan dengan modal besar, dari mulai benih (spat) dari pembenihan atau hatchery hingga pasca panen.
Pembenihan secara buatan ini dilakukan oleh beberapa pihak, diantaranya perusahaan besar dengan menggunakan tenaga asing ataupun Balai Budidaya Laut sejak tahun 1991. Spat yang dihasilkan dari hatchery lebih disukai oleh pengusaha budidaya mutiara karena ukurannya relatif sama sehingga waktu pembudidayaan dapat dilakukan bersamaan dalam jumlah yang besar. Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai mutiara.

BAB II
PEMBAHASAN
Kerang mutiara adalah hewan yang bertubuh lunak atau moluska yang hidup dilaut, Tubuhnya dilindungi oleh sepasang cangkang yang tipis dan keras, Termasuk dalam lokasi Bivalvia dan Famili Pteriidae. Anatomi dan Morfologi  Kerang mutiara yaitu, memiliki sepasang cangkang, bentuknya pipih berwarna kuning kecoklatan.
Mutiara dapat terbentuk secara alami maupun dibudidaya. Di alam, mutiara terbentuk akibat adanya irritant yang masuk ke dalam mantel kerang mutiara. Fenomena adanya irritant ini sering juga ditafsirkan dengan masuknya pasir atau benda padat ke dalam mantel kemudian benda ini pada akan terbungkus nacre sehingga jadilah mutiara.
Mutiara hasil budidaya mengalami proses weakening (membuat kerang mutiara menjadi lemah). Proses ini biasanya dari 2 minggu sampai sebulan tergantung jenis dari kerang mutiara. Proses ini dimaksudkan supaya kerang mutiara akan akan mengalami stress dan memasuki fase reproduksi dengan cepat sehingga apabila operasi dilaksanakan gonadnya sudah kosong. Bila gonad dalam keadaan penuh maka kegiatan operasi akan menyulitkan dan bahkan banyak mengalami kegagalan. Proses weakening ini bisa dengan menutup kerang mutiara dengan sarung yang berpori sangat kecil sehingga partikel makanan tersaring atau bahkan kerang mutiaranya ditumpuk bersama kemudian dibungkus dengan sarung berpori kecil.
Dalam kondisi ini, kerang mutiara masih bisa bertahan hidup walau makanan dalam partikel yang lebih besar sudah tak ada lagi. Setelah proses ini, kerang mutiara diangkat ke darat (bila operasi dilaksanakan di darat) dan mengalami proses weakening lanjutan di dalam tanki. Mereka ditumpuk bersama sehingga mereka makin lemah akibat konsumsi makanan dan oksigen yang rendah. Bila operasi dilakukan tanpa proses ini, kerang mutiara masih sangat kuat untuk menendang keluar nucleus yang dimasukkan ke dalam gonadnya. Bahkan untuk jenis kerang terbesar P. Maxima, otot mereka sangat kuat bila tak melewati proses weakening sehingga cangkangnya sangat susah dibuka. Pada saat-saat tertentu air dikeluarkan dari tanki sehingga memaksa kerang untuk membuka cangkangnya.
Saat kerang membuka cangkang peg (pengganjal) disisipkan diantara kedua cangkang kemudian kerang siap dioperasi. Pada saat tanpa air, kerang akan membuka cangkang sementara mantelnya akan tertarik ke dalam. Hal ini memudahkan kegiatan pegging karena saat ditutupi air kerang akan membuka cangkang namun bagian tepinya akan tertutup mantel, akibatnya apabila dilakukan pengganjalan maka peg akan melukai mantel kerang. Mutiara hasil budidaya menggunakan prinsip terbentuknya mutiara alami dengan sebuah nucleus sebagai dasar terbentuknya mutiara. Seorang teknisi terlatih akan menyiapkan inti mutiara yang biasanya bulat dan berasal dari cangkang kerang lain dan potongan mantel atau disebut juga saibo yang diambil dari kerang mutiara lain. Pemilihan donor ini mempertimbangkan warna dan kualitas nacre Mother of Pearl-nya (yang terdapat pada bagian sisi dalam cangkang kerang). Awalnya sang teknisi akan membunuh kerang donor dengan hati-hati agar supaya tak menyentuh mantelnya.
Bila mantelnya tersentuh, maka mantel akan berkeriput akibat reaksi dari si kerang. Membunuh kerang donor dilakukan dengan menyisipkan pisau di antara dua cangkang dan memotong otot aduktor dari kerang donor. Saat terbelah, kerang didiamkan sampai benar-benar mati sehingga saat bagian mantelnya disentuh dia tak bereaksi lagi.  Selanjutnya dipotonglah bagian mantel yang menempel pada kedua cangkang dan mantel tersebutpun dipotong lagi kecil-kecil (kira-kira 3 x 3 mm). Bagian mantel yang dipersiapkan untuk penyisipan disebut saibo, sehingga kerang donor disebut juga kerang saibo. Saat operasi penyisipan, kerang penerima sudah dipegging (ditempatkan pasak antara kedua cangkang). Kerang penerima ini ditempatkan sedemikian rupa agar mudah dioperasi. Shell opener bertugas untuk membuka cangkang lebar-lebar, kemudian teknisi akan mengiris tipis bagian antara gonad dan kaki dari kerang sebagai tempat masuknya inti dan saibo.
Ukuran Intipun dipilih sesuai dengan ukuran gonad. Setelah itu intipun dimasukkan se dalam-dalamnya ke dalam gonad kemudian disusul dengan satu lembar saibo. Lembar saibo ini ditempatkan sedemikian rupa agar melekat di inti dengan bagian ectoderm (yang berisi epithelium penghasil nacre) menghadap inti. Karena bila terbalik maka kemungkinan terbentuk mutiara bulat sangat kecil. Setelah itu kerangpun ditempatkan ke keranjang atau panel dan akhirnya dikembalikan ke laut.
Teknik operasi dan pasca operasi bervariasi setiap perusahaan mutiara. Pada prinsipnya, dengan menerapkan teknik-teknik tertentu, kerang mutiara tak akan”menendang” keluar inti yang disisip dan akhirnya bisa menghasilkan mutiara bulat yang berkualitas baik. Proses pemilihan kerang untuk penerima/penghasil mutiara juga mempertimbangkan umur kerang dan masa reproduksinya. Bila kerang dalam masa reproduksi maka gonadnya akan penuh, sehingga dianggap tak cocok untuk disisipkan inti. Kemampuan teknisi akan menentukan kualitas mutiara yang dihasilkan nanti.
Proses budidaya tiram mutiara secara garis besar melalui tiga tahapan,yaitu:
a)      Pengoprasian  tiram
Cara pemasangan inti mutiara bulat pada tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya,dengan menempatkannya dalam penjepit dengan posisi bagian anterior menghadap ke pemasang inti. Setelah posisi organ bagian dalam terlihat jelas, dibuat sayatan mulai dari pangkal kaki menuju gonad dengan hati-hati. Penempatannya harus bersinggung an dengan mantel. Setelah pemasangan inti selesai, tiram mutiara dipelihara dalam keranjang pemeliharan.
b)      Proses pemeliharaan
§      Tiram mutiara yang dipasangi inti mutiara bulat perlu dilakukan pengaturan posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan keluar. Disamping itu tempat dimasukan inti pada saat operasi harus tetap berada dibagian atas.
§      Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah tiram mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud untuk mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau pada tempatnya.
§      Pembersihan cangkang tiram mutiara dan keranjang pemeliharaannyaharus dilakukan secara berkala; tergantung dari kecepatan /kelimpahan organisme penempel.
Selain proses budidayanya ada syarat-syarat lokasi budidaya tiram mutiara yaitu ketepatan pemilihan lokasi merupakan salah satu syarat keberhasilan budidaya tiram mutiara. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi budidaya, yaitu :
1)      Faktor Ekologi
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram, diantaranya kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Batasan faktor ekologi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi lokasi budidaya adalah :
a.    Lokasi terlindung
Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu kerang mutiara, terutama induk.
b.   Dasar perairan
Dasar perairan sebaiknya dipilih yang berkarang dan berpasir. Lokasi yang terdapat pecahan-pecahan karang juga merupakan alternatif tempat yang sesuai untuk melakukan budidaya tiram mutiara.
c.    Arus air
Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.
d.   Salinitas
Dilihat dari habitatnya, tiram mutiara lebih menyukai hidup pada salinitas yang tinggi. Tiram mutiara dapat hidup pada salinitas 24 ppt dan 50 ppt untuk jangka waktu yang pendek, yaitu 2 – 3 hari. Pemilihan lokasi sebaiknya di perairan yang memiliki salinitas antara 32 – 35 ppt. Kondisi ini baik untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup tiram mutiara.
e.    Suhu
Perubahan suhu memegang peranan penting dalam aktivitas biofisiologi tiram di dalam air. Suhu yang baik untuk kelangsungan hidup tiram mutiara adalah berkisar 25 – 30 0 C. Suhu air pada kisaran 27 – 31°C juga dianggap layak untuk tiram mutiara.
f.      Kecerahan air
Kecerahan air akan berpengaruh pada fungsi dan struktur invertebrata dalam air. Lama penyinaran akan berpengaruh pada proses pembukaan dan penutupan cangkang. Cangkang tiram akan terbuka sedikit apabila ada cahaya dan terbuka lebar apabila keadaan gelap. Untuk pemeliharaan sebaiknya kecerahan air antara 4,5 – 6,5 m. Jika kisaran melebihi batas tersebut, maka proses pemeliharaan akan sulit dilakukan. Untuk kenyamanan, induk tiram harus dipelihara di kedalaman melebihi tingkat kecerahan yang ada.
g.    Derajat keasaman
Derajat keasaman air yang layak untuk kehidupan tiram pinctada maxima berkisar antara pH 7,8 – pH 8,6 agar tiram mutiara dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pada prinsipnya, habitat tiram mutiara di perairan adalah dengan pH lebih tinggi dari 6,75. Tiram tidak akan dapat berproduksi lagi apabila pH melebihi 9,00. Aktivitas tiram akan meningkat pada pH 6,75 – pH 7,00 dan menurun pada pH 4,0 – 6,5.
h.    Oksigen terlarut
Oksigen terlarut dapat menjadi faktor pembatas kelangsungan hidup dan perkembangannya. Tiram mutiara akan dapat hidup baik pada perairan dengan kandungan oksigen terlarut berkisar 5,2 – 6,6 ppm. Pinctada Maxima untuk ukuran 40 – 50 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm mengkonsumsi oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70 mm mengkonsumsi sebanyak 1,810 l/l.
2)      Faktor Risiko
a. Pencemaran
Lokasi budidaya tiram mutiara harus berada di lokasi yang bebas dari pencemaran, misalnya limbah rumah tanga, pertanian, maupun industri. Pencemaran yang berasal dari kegiatan pertanian berupa kotoran hewan, insektisida, dan herbisida akan membahayakan kelangsungan hidup tiram mutiara.
b. Manusia
Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti bulat (nukleus).
3)      Fasilitas produksi dan peralatan
a.    Rakit Pemeliharaan
Rakit apung selain sebagai tempat pemeliharaan induk, pendederan, dan pembesaran, juga berfungsi sebagai tempat aklimatisasi (beradaptasi) induk pasca pengangkutan. Bahan rakit dapat dibuat dari kayu dengan ukuran 7m x 7m. selain kayu, bahan rakit dapat pula terbuat dari bambu, pipa paralon, besi, ataupun alumunium. Bahan pembuat ini disesuaikan dengan anggaran, ketersediaan bahan, dan umur ekonomis.
Untuk menjaga agar rakit tetap terapung, digunakan pelampung seperti pelampung yang terbuat dari styrofoam, drum plastik, dan drum besi. Agar rakit tetap kokoh, maka sambungan sambungan kayu diikat dengan kawat galvanizir. Apabila kayu berbentuk persegi, maka sambungan dapat menggunakan baut. Pemasangan rakit hendaknya dilakukan pada saat air pasang tertinggi dan diusahakan searah dengan arus air atau sejajar dengan garis pantai.
Hal ini bertujuan untuk menghindari kerusakan rakit apabila terjadi gelombang besar. Agar rakit tetap berada pada posisi semula, maka rakit diberi jangkar berupa pemberat yang terbuat dari semen seberat 50-60 kg. Tali jangkar yang digunakan antara 4-5 kali kedalaman tempat.
b.    Keranjang Pemeliharaan Induk
Keranjang pemeliharaan induk bisa terbuat dari kawat galvanizir, plastik, atau kawat alumunium. Jika menggunakan bahan dari kawat, sebaiknya keranjang dilapisi atau dicelupkan dengan bahan plastik atau aspal sehingga daya tahan keranjang tersebut lebih lama. Ukuran keranjang 25 cm x 25cm x 60 cm. Ukuran ini dapat bervariasi, tergantung ukuran induk, ketersediaan bahan, biaya, dan kemudahan penanganannya. Satu keranjang pemeliharaan dapat diisi dengan induk ukuran dorso ventral 17 – 20 cm (DVM) sebanyak 8 – 10 ekor.
Untuk pendederan atau pemeliharaan spat yang baru dipindahkan dari hatchery, digunakan keranjang jaring ukuran 40 cm x 60 cm. Untuk spat ukuran 2-3 cm dipelihara dalam keranjang dengan lebar jaring ukuran 0,5 – 1 cm. Lebar mata jaring yang digunakan disesuaikan dengan ukuran spat. Semakin besar ukuran spat, maka digunakan jaring dengan mata jaring yang lebih besar pula agar sirkulasi air dapat terjaga dengan baik.
c.    Spat Kolektor
Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber, atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat erat. Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30 – 50 cm, lalu dibelah menjadi dua. Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3-5 mm) sepanjang 40 – 50 cm.
d.   Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasit yang menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan bahan lainnya.
4)      Bahan baku
Bahan baku yang dibutuhkan untuk budidaya mutiara ini ada dua macam, yaitu : (1). spat (benih) tiram mutiara jenis pinctada maxima; dan (2) inti bundar (nukleus).
Kedua jenis bahan baku ini merupakan bahan baku utama yang harus ada dalam proses budidaya tiram mutiara. Inti bundar atau nukleus merupakan benda yang disuntikkan kedalam tiram untuk menghasilkan mutiara.
Jenis-jenis tiram mutiara adalah:
       Pinctada maxima
       Pinctada margaritifera
       Pinctada fucata
       Pteria penguin
Penghasil mutiara di air tawar :
       Margaritifera margaritifera
       Hyriopsis cumingii
       Cristaria plicata
Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum
mutiara ditentukan oleh:
1)  ukuran mutiara, dimana makin besar ukurannya makin mahal. Perbedaan harganya bahkan sangat besar apabila ukuran diameter mutiara sudah berada di atas 7 milimeter,
2) bundar tidaknya mutiara, mutiara bundar cenderung disukai dengan demikian harganya cenderung lebih mahal, namun ada juga bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk air mata yang juga diminati konsumen mutiara,
3) lustre mutiara, istilah untuk menggambarkan daya pantul mutiara terhadap obyek atau cahaya,
4) permukaannya tidak cacad, goresan atau bercak di permukaan menurunkan kualitas mutiara, dan
5) warna mutiara, warna pink banyak disukai orang Amerika, orang Eropa cenderung menyukai warna krem dan perak, orang Timur Tengah lebih banyak memilih warna krem dan emas sebagaimana juga orang Amerika Latin.

Sistem pemasaran hasil budidaya mutiara ini dilakukan dengan sistem pemasaran secara individu kepada orang asing. Transaksi itu seringkali dilakukan tidak di daerah tempat asal mutiara itu di budidayakan seperti di NTB yang menjadi sentra mutiara nasional.
Harga mutiara sangat fluktuatif tergantung pada kualitas dan bentuk dari mutiara yang dihasilkan. semakin baik kualitasnya maka harganyapun semakin tinggi. Untuk jenis Round (bundar sempurna) dan Semi round (agak bundar) untuk kualitas A dapat mencapai harga 40 sampai 50 US $. Bahkan dalam situs www.balipos.com menyebutkan harga jual mutiara kualitas baik berkisar antara 100 sampai dengan 200 US$. Untuk jenis lain, seperti Drop (bentuk tetesan air), Oval (lonjong), dan Barok (bentuk tidak beraturan) harganya sangat bervariatif, rata-rata saat ini adalah US $ 20. Selain itu harga mutiara juga sangat tergantung pada perubahan kurs yang terjadi, karena harga mutiara dari pengusaha budidaya kepada pedagang besar dari dalam dan luar negeri biasanya dalam bentuk dolar Amerika.
Secara umum, kegiatan pemasaran hasil budidaya tiram mutiara ini hampir tidak menemui kendala yang berarti mengingat sistem pemasaran yang selama ini terjadi adalah dimana pembeli baik yang berasal dari dalam ataupun luar negeri biasanya menjadi pelanggan tetap dan siap menampung atau menerima mutiara hasil produksi ansalkan sesuai dengan kualitas yang di tetapkan. Mutiara yang dihasilkan, terutama hasil budidaya perusahaan menengah dan besar sudah dapat dipastikan terserap pasar, baik dalam ataupun luar negeri terutama Jepang, Amerika dan Eropa.
Mutiara-mutiara yang terkenal didunia :
a.       Mutiara Abernathy
Mutiara alami dari air tawar ini ditemukan oleh William Abernathyl, sang penyelam mutiara di sungai Tay pada tahun 1967. Dengan berat 44 grains, mutiara ini dianggap mutiara yang paling sempurna yang ditemukan dari sungai-sungai di Skotlandia. Mutiara ini diberi nama “the little willie”.
b.      Mutiara Big Pink
Mutiara besar bewarna pink ini berharga 4.7 juta dollar amerika pada tahun 1991. Dia dicatat dalam buku Guiness Book of Records sebagai mutiara yang paling besar yang ditemukan dari abalone (Haliotis). Berbentuk baroque dan memilik berat 470 carat setara dengan 94 gram. Mutiara ini dimiliki oleh Wesley Rankin yang menemukannya di Salt Point State Park, California pada tahun 1990.
c.       La peregrine
La peregrina atau Sang pengelana (musafir) adalah mutiara yang ditemukan di Kepulauan Perlas, lepas pantai Panama pada tahun 1500-an. Konon, mutiara ini ditemukan oleh seorang budak yang menginginkan kebebasan sebagai bayaran dari mutiara yang ditemukannya. Mutiara ini dibawa dan diserahkan kepada Raja Spanyol Phillip II dan sang raja menghadiahkannya kepada Ratu Maria, sebagai hadiah perkawinan. Saudara dari Napoleon I, Joseph Bonaparte mengambil mutiara ini dan membawanya ke Prancis dan akhirnya sampailah mutiara ini kepada Duke of Abercrombie. Akhirnya, mutiara ini dibeli dengan harga 37 ribu dollar amerika oleh Richard Burton dan menghadiahkannya sebagai hadiah Valentine’s Day kepada Elizabeth Taylor. Keunikan dari mutiara ini, disamping perjalanannnya yang begitu panjang, dia memiliki bentuk seperti air mata atau buah pir, dan memiliki berat 10.192 gram.
d.      Pearl of Allah (Lao-Tze Pearl)
Pearl of Allah (secara resmi dikenal dengan nama Lao-Tze pearl) adalah mutiara terbesar di dunia yang ditemukan pada tahun 1934 di lepas pantai Pulau Palawan oleh seorang penyelam Filipina. Mutiara ini dijadikan hadiah kepada Wilbur Dowell Cobb oleh kepala suku di Palawan pada tahun 1936 karena Cobb telah menyelamatkan nyawa anaknya. Keturunan Cobb menjual mutiara ini kepada toko permata di California tahun 1980 dengan harga 200.000 dollar AS. Harga saat ini ditaksir sebesar 40 juta dollar AS.
Mutiara raksasa ini ditemukan di dalam kima raksasa Tridacna gigas. Hal yang tak mungkin dihasilkan oleh kerang mutiara dari Family Pteriidae atau kerang penghasil mutiara dari jenis lain. Bentuk mutiara Pearl of Allah tidak beraturan (baroque) dan menyerupai otak kepala besar. Panjang yang mencapai 23.8 cm dan berat 6.4 kilogram menjadikannya sebagai mutiara terbesar yang ditemukan selama ini.

Manfaat Kerang Mutiara
Kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat menjadi kalung, gelang, cincin dan dibuat perhiasan lainnya, selain itu cangkangnya dibuat acsesoris. Mutiara inilah yang kemudian banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan yang memiliki harga cukup tinggi. Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian – pakaian mewah. Mutiara juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat – obatan, atau dalam formula cat.
Biasanya kerang yang menghasilkan mutiara yang paling bagus akan dipergunakan lagi untuk memproduksi mutiara berikutnya, namun untuk pemanenan mabe, biasanya kerang akan dibunuh dan mabe diambil, atau juga cangkangnya akan menjadi bahan kerajinan tangan.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas mengenai pasca panen kerang mutiara Pinctada sp. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
·         Hampir semua moluska bercangkang bisa menghassilkan beberapa jenis mutiara, melalui proses alami.
·         Mutiara merupakan salah satu komoditas dari sektor kelautan yang berrnilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek pengembangan usaha di masa datang.
·         Jenis mutiara yang mempunyai nilai ekonomis tinggi yaitu :  pinctada sp. Yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah : pinctada martensii, pinctada margaritifera, pinctada maxima. Sedangkan penghasil mutiara di air tawar yaitu : Margaritifera margaritifera, Hyriopsis cumingii, Cristaria plicata
·         Penentuan kualitas mutiara didasarkan pada standar kelas mutiara, namun secara umum mutiara ditentukan oleh: ukuran mutiara, bundar tidaknya mutiara, lustre mutiara, permukaannya tidak  cacad, dan warna mutiara.
·         Manfaat kerang selain menjadi makanan konsumsi. kerang juga menghasilkan mutiara dan sering dibuat menjadi perhiasaan seperti, dibuat perhiasan, cangkangnya dibuat acsesoris. Namun di masa lalu, mutiara juga digunakan sebagai hiasan pada pakaian – pakaian mewah. Mutiara juga dapat dihancurkan dan digunakan dalam kosmetik, obat – obatan, atau dalam formula cat.

Saran
Berdasarkan pernyataan diatas setelah kita mengetahui potensi kerang mutiara ternyata mempunyai nilai ekonomis yang tinggi dan sangat memberikan banyak manfaat yang sangat baik. Jadi, yang kita harus lakukan yaitu dengan tetap menjaga pelestarian alam temtat asli hidup kerang mutiara dan dalam membudidayakan harus tetap memperhatikan kondisi lingkungan supaya habitat kerang mutiara dapat berlangsung dengan baik. Serta tetap terus tingkatkan budidaya kerang mutiara yang akan memberikan nilai ekonomis tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim (2008). Mutiara. From http://id.wikipedia.org, 4 Desember 2014
Anonim (2011). Mutiara-mutiara Indah yang Paling Terkenal di Dunia. From http://www.apakabardunia.com, 4 Desember 2014
Anonim (2012). Manfaat dan Kegunaan Mutiara. From http://besteducation.sitekno.com, 4 Desember 2014
Anonim (2013). Budidaya Tiram Mutiara. From http://1001budidaya.com, 5 Desember 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar